semoga arif dan rahman

mencintai dan mengabdi

Name:
Location: bandung, Jawa Barat, Indonesia

biasa aja

Saturday, June 25, 2005

pendusta agama

ada satu surah di Al Quran yang selalu jadi favorit saya, selalu ada keharuan dan rasa takut yang datang bersamaan ketika membaca/mendengar surah ini ..

"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin?"
(Q.S Alma'un: 1-3)

tadi pagi selepas subuh saya mendengar surah ini , ingatan saya terusik momen yang indah waktu PPAB, saat saya berdiskusi singkat dengan saudara-saudara saya, tiga orang tepatnya, yang ( entah beruntung atau sengsara ) sudah bisa mencukupi dirinya sendiri sebagai pengamen di simpang ... - maaf saya lupa namanya.

saya katakan entah beruntung atau sengsara, jujur, selama ini paradigma berfikir khalayak ramai pun saya sendiri perihal kesejahteraan menyempit jadi kemakmuran . orang merendahkan kaum miskin materi. selalu menganggap mereka kaum terbuang, harus ditutup-tutupin atau malah disingkirkan( seperti yang sering dilakukan oleh aparat keamanan yang mengadakan sweeping jalan yang dilalui para pejabat ).

padahal saya yakin dari segi pengalaman hidup,rohani, dan keteguhan hati ,mereka malah jauh lebih hebat dari saya. dan menjadi selalu jadi momen yang membahagakan saat bisa belajar dan berada dekat dengan saudara - saudara saya yang mengerti arti hidup dan tahu bagaimana untuk memperjuangkannya...


kembali ke jalan ( cerita) yang benar, setelah berdiskusi dengan pengamen disimpang tanda tanya itu ( kelompok lain dengan pengemis, dengan tukang delman, dengan pak ogah, dll), kami ,satu angkatan, kelompok satu sampai sepuluh ,bersama merumuskan solusi untuk mereka, mulai dari yang paling nyeleneh sampai paling ideal.

namun, samapi saat ini saya belum tahu setelah solusi terumuskan, tindak lanjut dari kami, apa?. solusi2 yang bagus itu dibawa kemana?.sepertinya solusi-solusi itu hanya digunakan sebagai syarat untuk masuk MTI. nampaknya sang otak telah berbohong kepada nurani. karena kenyataannya, bekas-bekas empati itu sangat sedikit yang merasuk di diri saya sendiri ( atau juga teman2 saya ya?)

aneh, malah pernah dulu saya dengan seorang teman, yang karena berhasil merumuskan solusi ideal, jadi bingung untuk membagi sedikit hak orang-orang miskin dan anak yatim. kami takut bila membagi recehan ,pengemis-pengemis itu malah manja,kesenangan dan tidak mau berusaha mengubah hidup (walau ada benarnya disatu sisi).

dan dalam diskusi dengan teman ini, pernah terbersit pikiran bahwa kewajiban kita adalah merumuskan solusi,itu saja. kan solusinya bisa diaplikasikan waktu sudah lulus,waktu sudah kerja,waktu sudah kaya.

kalau ...lulus?
kalau ...kerja?
kalau ...kaya?
kalau ...tidak lupa?
kalau ...kalaunya dipenuhi semua?

kalau tidak.

pendustalah saya..

0 Comments:

Post a Comment

<< Home