fyyuh..nafsu..
Bingung juga tadi pagi. Pukul 7 benar, pikiran sudah terjebak diantara dua system ekonomi . Sistem ekonomi pasar( kapitalis) dan system ekonomi central ( komunis). Hehehehe. Tiba-tiba muncul dua pertanyaan retoris (yang untungnya saya pendam dalam hati saja). Perkaranya ,dua pertanyaan nyeleneh ini tidaklah pantas diajukan dikelas seserius itu. Bisa bikin malu diri sendiri . Kemunculannya pun gak elite, hanya secara ”tiba-tiba”. Entah dari mana, entah bagaimana, dan entah apa jawabanya.Hanya Allah SWT yang bisa menjelaskan dengan betul-betul benar .
Pertanyaan pertama. Gak penting. Indonesia, negara saya, memakai sistem ekonomi mana ya? . Jawaban dari hati dan otaksama gak pentingnya. ...Ya , sistem ekonomi kita jelas Sistem Ekonomi Pancasila. Nama lain: sistem ekonomi antara. Ada sistem ekonomi antara kapitalis dan komunis. Sistem ekonomi antara konsep baik dengan praktik buruk juga boleh ( -dianjurkan melihat iklan sosro-). Buktinya kalau di kenyataan kita sudah sangat dekat dengan sistem ekonomi kapital, namun dari sisi peraturan masih ada ” bau-bau ” komunis(dengan alasan utama pemenuhan kebutuhan rakyat banyak). Kalau hanya hidup dari sistem , mungkin ekonomi Indonesia sudah mengangkangi Cina dalam persentase kemajuan. Namun, seperti biasa, masalah condong ke faktor pelaksananya, manusia Indonesia....
Pertanyaan kedua lebih nyeleneh lagi, dan sukurnya tadi secara gak langsung dijawab dosen saya. Dengan SDM yang masih seperti ini, baiknya kita pakai sistem apa ya?. Jawaban dosen saya cukup menyenangkan. Tidak ada yang baik. Karena dilihat dari kinerja pertumbuhannya , kedua sitem ini memfardhu kan perkembangan secara terus menerus. Dimana permintaan dan kebutuhan dianggap terus meningkat secara signifikan. Dan bila ini terjadi terus, akan terjadi collapse. Keruntuhan dalam Bahasa Indonesia.
Sebab runtuhnya macam-macam. Karena kesenjangan antara kaum superkaya dan kaum supermiskin ( proletar atau buruh kata om Marx). Karena masa ”subur” dari penjualan produk telah habis. Bahkan yang paling bahaya bila dunia ini sudah kehabisan sumber daya untuk diolah menjadi produk , dan kehabisan kebutuhan dan kemampuan konsumen untuk dicecoki barang dagangan.
Kalau melihat life cycle produk yang makin pendek dan varian produk yang makin banyak dalam rangka pemenuhan semua tingkat kebutuhan manusia, kejadian paling bahaya tadi nampaknya tinggal menunggu waktu saja.Pertandanya sudah gamblang kok. Lihat saja bagaimana kebutuhan tersier sekarang sudah dipaksakan menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer. Bahkan barang yang jelas-jelas jelek untuk manusia , seperti rokok, dengan bantuan iklan dan propaganda ( yang utama memang masih efek candunya) menjelma menjadi kebutuhan primer sebagian manusia. Untuk beberapa oknum pemakai , tingkat kefardhuan pemenuhannya bisa diatas sandang, papan bahkan pangan. Lebih baik puasa nabi Daud asal bisa merokok sebungkus sehari.
Kalau semuanya sudah bisa dijual, kan kita tinggal menunggu saat dimana tak ada lagi yang bisa dijual. Pun saat semuanya bisa dijadikan produk, kita tinggal menunggu dimana tak ada lagi yang bisa dijadikan produk....
Wah ,jadi bingung sendiri. Kalau emang takdirnya manusia begini, terus mau apa lagi? Ya udah, raup sebanyak-banyaknya bos, ntar kehabisan lho. Hahahaha. Itu sisi pesimistis saya. Optimisnya manusia sekarang kan sudah mulai memikirkan sistem ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berprikemanusiaan. Bahkan sistem ekonomi keIslaman pun sudah mulai di dengungkan. Nafsu berkedok keinginan coba di pisahkan dari kebutuhan. Semoga ini pemecah masalahnya.
Pertanyaan pertama. Gak penting. Indonesia, negara saya, memakai sistem ekonomi mana ya? . Jawaban dari hati dan otaksama gak pentingnya. ...Ya , sistem ekonomi kita jelas Sistem Ekonomi Pancasila. Nama lain: sistem ekonomi antara. Ada sistem ekonomi antara kapitalis dan komunis. Sistem ekonomi antara konsep baik dengan praktik buruk juga boleh ( -dianjurkan melihat iklan sosro-). Buktinya kalau di kenyataan kita sudah sangat dekat dengan sistem ekonomi kapital, namun dari sisi peraturan masih ada ” bau-bau ” komunis(dengan alasan utama pemenuhan kebutuhan rakyat banyak). Kalau hanya hidup dari sistem , mungkin ekonomi Indonesia sudah mengangkangi Cina dalam persentase kemajuan. Namun, seperti biasa, masalah condong ke faktor pelaksananya, manusia Indonesia....
Pertanyaan kedua lebih nyeleneh lagi, dan sukurnya tadi secara gak langsung dijawab dosen saya. Dengan SDM yang masih seperti ini, baiknya kita pakai sistem apa ya?. Jawaban dosen saya cukup menyenangkan. Tidak ada yang baik. Karena dilihat dari kinerja pertumbuhannya , kedua sitem ini memfardhu kan perkembangan secara terus menerus. Dimana permintaan dan kebutuhan dianggap terus meningkat secara signifikan. Dan bila ini terjadi terus, akan terjadi collapse. Keruntuhan dalam Bahasa Indonesia.
Sebab runtuhnya macam-macam. Karena kesenjangan antara kaum superkaya dan kaum supermiskin ( proletar atau buruh kata om Marx). Karena masa ”subur” dari penjualan produk telah habis. Bahkan yang paling bahaya bila dunia ini sudah kehabisan sumber daya untuk diolah menjadi produk , dan kehabisan kebutuhan dan kemampuan konsumen untuk dicecoki barang dagangan.
Kalau melihat life cycle produk yang makin pendek dan varian produk yang makin banyak dalam rangka pemenuhan semua tingkat kebutuhan manusia, kejadian paling bahaya tadi nampaknya tinggal menunggu waktu saja.Pertandanya sudah gamblang kok. Lihat saja bagaimana kebutuhan tersier sekarang sudah dipaksakan menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer. Bahkan barang yang jelas-jelas jelek untuk manusia , seperti rokok, dengan bantuan iklan dan propaganda ( yang utama memang masih efek candunya) menjelma menjadi kebutuhan primer sebagian manusia. Untuk beberapa oknum pemakai , tingkat kefardhuan pemenuhannya bisa diatas sandang, papan bahkan pangan. Lebih baik puasa nabi Daud asal bisa merokok sebungkus sehari.
Kalau semuanya sudah bisa dijual, kan kita tinggal menunggu saat dimana tak ada lagi yang bisa dijual. Pun saat semuanya bisa dijadikan produk, kita tinggal menunggu dimana tak ada lagi yang bisa dijadikan produk....
Wah ,jadi bingung sendiri. Kalau emang takdirnya manusia begini, terus mau apa lagi? Ya udah, raup sebanyak-banyaknya bos, ntar kehabisan lho. Hahahaha. Itu sisi pesimistis saya. Optimisnya manusia sekarang kan sudah mulai memikirkan sistem ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berprikemanusiaan. Bahkan sistem ekonomi keIslaman pun sudah mulai di dengungkan. Nafsu berkedok keinginan coba di pisahkan dari kebutuhan. Semoga ini pemecah masalahnya.
2 Comments:
huhuhu...2minggu berturut-turut dosen PIE-ku gak masuk rif..
Gimana mau kebayang sistem ekonomi. Silabuspun aku tak tahu...
kamu pernah nanya - nanya sistem ekonomi Islam ga...??apa termasuk yang pasar? atau yang centralistik??atau mungkin hanya ada dalam text seperti layaknya pasar persaingan sempurna ataupun gas ideal yang ga real ada (teori doank)...mungkin arief bisa berbagi lagi..?
Post a Comment
<< Home