semoga arif dan rahman

mencintai dan mengabdi

Name:
Location: bandung, Jawa Barat, Indonesia

biasa aja

Thursday, August 04, 2005

dan lap

Berat Jadi Danlap Siapa kalian?!
Dua ribu empat!


Dua ribu empat?!
Teknik Industri!

Teknik Industri?!
I Te Be..!

Menjadi komandan lapangan merupakan salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. Bukan hanya karena peristiwa-peristiwa yang sangat berkesan, namun juga karena pembelajaran – pembelajaran, yang walaupun sedikit , namun sangat berarti bagi perkembangan diri .

Kalau cerita tentang kesan , banyak sekali yang bisa saya sebutkan dan ada juga yang sudah terlupakan. Diantaranya yang paling berkesan adalah kerjasama 12 oranng BCD dalam merebut panggung di Dago Festival akhir tahun lalu ( Edo dapat gelar Subhanallah kategori Playboy...). Tentang semangat dan motivasi teman-teman calon danlap lainnya yang membuat saya memberanikan diri ( lebih tepatnya terpancing) untuk turut maju bersaing. Tentang jeleknya suara perut saya ( kalo ngga salah saya paling gak jago suara perut, diikuti Ias ditempat kedua). Tentang ngasalnya dan groginya saya dalam test orasi yang dipimpin Amir ( sukur aja di GSG dan malam jadi jelek-jeleknya ketutupan dikit). Tentang saya saat simulasi yang harus berorasi tentang nostalgia PPAB angkatan 2003, disitu hampir saya nangis sambil megang toa dan suara pun akibatnya bergetar-getar ( masih hampir!). Tentang masukan yang diberikan Oga waktu saya pertama kali megang di malam pembukaan. Tentang saya yang risih namun kecanduan ber-aku ria didepan peserta. Tentang lempar-lemparan tugas lari diantara kami berempat para danlap. Tentang rebutan job-job manggung yang dirasa mantap dan berkelas antara para danlap. Tentang saya yang harus ngelanjutin tugas Edo ngebantai peserta waktu hari malam dan hujan di lapangan GSG karena mereka dianggap sepele sama tugas . Tentang saya yang senang sekali ngedengar lagunya anak 2004 ” Industri didadaku...MTI calon himpunanku...”. Tentang saya ngedanlapnnya lama waktu cek alat malam akhir karena sadar panggung dah hampir habis ( hehehe). Tentang haru dan leganya saya saat momen pelantikan , melihat wajah-wajah ”anak didik”( gaya betul ) yang diterangi cahaya api unggun , diiringi nyanyian lagu hymne MTI. Tentang kerjasama yang saya alami dengan panitia PPAB lainnya dan juga peserta, tentang marah-marahnya, tentang evaluasinya, tentang ketawa dan becandanya, tentang ngomong gak jelasnya, tentang nangisnya dan semua kekonyolannya.

Kalau dari kesan saya punya cerita panjang lebar , maka dari pembelajaran belum terlalu banyak yang bisa saya endapkan. Salah satu dari yang sedikit adalah tentang beratnya mengemban tugas sebagai danlap. Berat, karena menurut saya tugas danlap itu menyampaikan kebenaran seperti juga ustad. Cuma bedanya kalau ustad landasannya jelas. Pertama Al Quran, setelah itu Hadist sahih Rasulullah SAW dan terahir kesepakatan dan fatwa ulama. Sedangkan kalau danlap landasannya rada kabur, cuma bergantung dari nilai ideal, pengetahuan, dan pengalaman yang ada dalam diri pribadi maupun dalam diri teman-teman tim materi.

Itu baru dari faktor landasan. Faktor lainnya adalah pertanggung jawaban kata-kata yang dipocikan (diucapkan). Baik pertanggung jawaban kepada Allah, kepada diri sendiri , maupun kepada orang-orang yang kita seru. Faktor ini yang paling berat. Karena keidealan dialam pikiran, alam perkataan dan alam perbuatan itu berbeda tingkat kesulitan pengadaan dan pemeliharaannya.

Di alam pikiran masing-masing dari kita , apalagi sebagai mahasiswa , tidak terlalu sulit untuk menjadi sangat ideal. Lebih sulit keidealan dalam perkataan, karena ada keharusan untuk berfikir lebih keras dalam memilih perkataan dan momen yang tepat untuk menyampaikan keidealan pikiran tadi kepada orang lain. Yang terahir dan paling sulit adalah menjalankan keidealan ( pikiran dan perkataan) itu dalam sikap dan tindakan kita. Dan karena menjadi danlap, mau tidak mau saya harus menjalani kesulitan yang terahir ini. Menjalankan apa yang saya ( dan tim materi ) pikirkan dan apa yang saya katakan sebagai danlap di depan peserta PPAB. Parahnya lagi saya ini merupakan danlap yang paling sering refleksi, jadi paling banyak poci-pocinya, hehehhehe. Mulai dari semangat, kerjasama, rasa solider, non oportunis, tepat waktu, disiplin, manajemen tugas, kesigapan, kesolidan ,kebersamaan, kekompakan dan ke-an ke-an lain yang menunjukkan sikap yang harus dimiliki oleh individu dan angkatan .

Tentu , dari penuturan diatas, jelas posisi saya rawan sekali melakukan kesalahan-kesalahan akibat tidak menjalankan himbauan yang saya katakan sendiri di depan peserta. Dan hal ini merupakan sesuatu perilaku yang sangat dibenci oleh Allah.


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan .”( Q S Ash-Shaff ; 2 & 3)


Namun saya yakin tanpa kesalahan takkan lengkap pembelajaran, tanpa keberanian takkan ada kesuksesan. Dan untuk kesalahan-kesalahan tak ada yang bisa dilakukan selain berusaha berbernah dan selalu memohon ampun. Jadi walaupun sangat berat, namun nikmat menjadi danlap tidak boleh tidak haruslah disyukuri.



2 Comments:

Blogger Mona said...

Arif said:
"Tentang saya saat simulasi yang harus berorasi tentang nostalgia PPAB angkatan 2003, disitu hampir saya nangis sambil megang toa dan suara pun akibatnya bergetar-getar ( masih hampir!)."

..makasih rif dah bikin nangis waktu itu..hehehe..
..emosional sekali ya kita ini..

inget gak pernah ngobrol yang temanya teladan..
jika ingin merubah keadaan sekitar kita, mari kita mulai dari diri kita sendiri..
misal tepat waktu, buang sampah pada tempatnya, balikin mangkok bakso ke tempat mas to'..

..mulai dari hal-hal kecil yang memberi dampak besar..

..mudah-mudahan yang pernah kita obrolin waktu itu dan apa yang arif tulis ini bisa kita jalani secara KONKRET...

7:40 AM  
Blogger vetriciawizach said...

luar biasa!!!
anda semakin dewasa...

7:35 AM  

Post a Comment

<< Home