semoga arif dan rahman

mencintai dan mengabdi

Name:
Location: bandung, Jawa Barat, Indonesia

biasa aja

Wednesday, June 29, 2005

caringin103

rabu
29 Juni 2005
waktu menunjukkan pukul 14:35

jl.caringin 103
kantor dinas sosial bandung
sebuah ruang penuh kursi dan meja

" sangat sulit dik untuk membajakan mental hidup anak jalanan, jauh lebih rumit dari sekedar memberikan keterampilan...."


"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu..."( At Taghaabun:16)

batas kesanggupan hamba, siapa yang tahu?

Tuesday, June 28, 2005

mimpi

saya itu termasuk seorang pemimpi. suka sekali memimpikan hal yang kecil sampai besar sekali. wajar. kalau orang bodoh dan miskin sudah tidak bisa bermimpi, apa lagi yang ia miliki.

kalau pak pram kenal saya dengan baik, mungkin dia akan berkata " dunia mu itu mayoritas alam pikiran". kalau kata teman-teman seperjuangan, saya itu termasuk golongan yang tidak konkrit.
kalau dari saya, ya saya seperti ini , melankolis yang pemimpi.

habis bagaimana lagi, mimpi bagi saya bukan sekedar hobby. ianya laksana kebutuhan yang harus terpenuhi. doakan saja, mimpi-mimpi saya jadi kenyataan. walaupun 18 tahun menjalani kehidupan, banyak juga mimpi kandas ditengah jalan.

dulu , waktu kecil, pernah mimpi jadi tentara,dengan keadaan sekarang sudah tidak mungkin lagi. la wong badan kurus kering begini. otak juga pasti terlalu bebal untuk doktrin militerisasi. apalagi saya paling benci hidup diasrama, penuh peraturan yang saya rasa kurang manusiawi.

itu baru satu mimpi yang mati. sebenarnya masih banyak lagi. tapi tak perlu saya berpanjang-panjang disini. toh saya tak pernah berkecil hati. karena saya yakin, Allah tidak memberi apa yang saya inginkan, Dia memberi apa yang saya butuhkan.mimpi-mimpi yang kandas ditengah jalan ini bisa jadi suatu bukti.

dan saat ini hati saya sedang gembira. karena kerja keras teman-teman saya di Sub Div MTI Membaca sudah berbuah nyata. makasih kepada Anto, Jilly, Novi dan penderma buku atas " Perpustakaan Keluarga"nya.

untuk perpus MTI dan komunitas MTI membaca pun, lagi-lagi saya punya mimpi.mimpinya kira-kira kalau di Indonesiakan seperti ini:

untuk Anto, Jilly dan Novi.
untuk para penderma buku.
untuk keluargaku
KMTI, maaf, maksud saya MTI.
Keluarga Mahasiswa Teknik Industri.

tak perlu kita menjadi seperti HIMAFI jaman dulu
yang menjadikan karya Freire sebagai bacaan wajib bermutu.
tak perlu juga bacaan Tiben dan PSIK dipaksa tiru
kata-kata langit itu, mencernanya belum tentu kita mampu.

cukuplah kita jadi diri sendiri.
Keluarga Mahasiswa Teknik Industri.

yang coba jadikan baca sebagai budaya keluarga
yang sadar bahwa buku adalah sarana penuntut ilmu
yang yakin sepenuh hati, bahwa membaca adalah ibadah kepada Ilahi.

cukuplah kiranya keluargaku seperti itu...








Monday, June 27, 2005

disuatu pagi

selepas subuh disuatu pagi
alam dapat dikata masih begitu sunyi

dipekarangan hijau kosku
hanya ada sosok diri dan guru

berbincang ringkas tentang bangsa
perihal manusia dan kebebasannya

dengan akrabnya
dengan hangatnya...


percakapan singkat itu bermula tanpa ku sadari. saat sinar emas mentari mencoba merasup dan memberi kehangatan diwajah bumi, tiba-tiba terdengar suara petikan gitar dan orang bernyanyi. dekat sekali.

hal ini membuatku menggerutu, karena mengganggu acara tidur lanjutan ku. namun lama kelamaan kudengar dengan seksama , musiknya ternyata asik juga.

guna menuntaskan rasa penasaranku tentang siapa sosok penggangu itu, walau berat kutnggalkan juga kasur dan selimut kesayanganku.


begitu kagetnya diriku sehinga kata busyet keluar lancar dari mulutku. kaget karena dipekarangan kosku aku melihat sosok mu , tinggi kurus, kucel dan kumel. dengan rambut panjang yang digimbal melewati bahu.

engkau sedang memetik sebuah gitar yang usang dan tua. tidak bisa tidak. pasti ini orang gila!


"pagi pak. pagi-pagi koq nyanyi? lagunya aneh lagi. tentang apa?"

kau langsung berbalik badan, itu tangan kanan langsung terulur mengajak berjabatan. kita pun berkenalan. dengan Indonesia yang terbata, syair lagumu coba kau jelaskan. isinya tentang cinta dan kebebasan .

"kebebasan, itu yang paling disukai bangsa ini pak. tapi latah. jadinya pasca reformasi, kami ngga bisa lagi bedain bebas dengan binal. mungkin efek penjajahan yang sudah ada sejak awal peradaban "

kau hanya tersenyum miris, bertanya kenapa pendapatku yang terahir bisa begitu sinis.


" kalau dipikir-pikir pak, negeri saya ini dijajah mulu. wong dari jaman Majapahit rakyat sudah harus membayar upeti. abis itu langsung diperawani sama portugis. beralih ke belanda, semapt dicicipi inggris, balik dikuasai belanda lagi. terahir dijajah temen sendiri,jepang"

engkau terlihat sangat antusias dengan perkataanku, maka tanpa menunggu....

" bahkan pak, setelah merdeka tahun 45, rakyat masih ditindas dan dikekang oleh rezim orde lama dan baru. bahkan hukum pun jadi media para penguasa dan pengusaha untuk mengukuhkan kedudukannya"

kau pun akhirnya mengeluarkan pendapat. penjajahan tidak hanya yang eksplisit dan terlihat . paling parah justru penjajahan mental yang tak tersurat, belum tentu tersirat . budaya, pendidikan, ekonomi dan informasi, semuanya berkiblat kebarat.

mental anak seumuranku kau adalah mental MTv dan mental buruh. kami tidak tau lagi arti perjuangan, produktivitas, tanggung jawab bahkan harga diri. pola hidup konsumtif dan berpoya. cara belajar adalah belajar untuk bekerja, bukan belajar untuk hidup. apalagi hidup untuk belajar.

"benar juga pak. kalau kata Rasul saya, Muhammad SAW, perang terbesar dalam hidup manusia adalah perang membebaskan diri dari jajahan hawa nafsu"

mengenai hal ini kau mengangguk setuju. yag tersulit dalam hidup ,katamu.

kau pun melanjutkan. bangsamu, bangsaku sampai saat ini masih terjajah oleh kemiskinan dan kebodohan.negara dunia ketiga harus bahu membahu menuntaskannya.harus seperti mahatma gandhi yang percaya kemampuan bangsa sendiri. tak perlu mengaharap bantuan, karena bantuan aliasnya hutang.

aku pun terdiam, mataku menerawang jauh. coba memikirkan nasib bangsa kebanggaanku .kita berdua sama-sama membisu. namun kesunyian itu lantas pecah oleh suara batukmu.

tanpa disangka kau langsung berpamitan. masih harus menuntaskan perjalanan.


dan tampaknya kau sangat tergesa. tanpa banyak berkata kau pun melangkah kejalan raya, sambil memetik itu gitar tua, menyanyi dengan sendunya

"Emancipate yourslave for mental slavery

none but ourselves can free our minds...."

Saturday, June 25, 2005

berpikir positif...

tadi sore dikampus, ngerjain tugas logprog karena dapet nilai T dibantuin mona ( atau gw yang bantuin dia ya?hehehehe).beribu terimakasih buat mona yang telah membantu saya yang belum tahu diri ini.

tapi bukan itu inti tulisan nya

ceritanya , setelah ngerjain tugas yang ampe tulisan ini ditulis belom kelar-kelar juga ( bahasa Indonesia yang baiknya "rampung"), saya iseng baca kompas sambil tiduran di kasur himpunan. di salah satu artikel kompas , ada tulisan " situs berpikir positif dibuka".
wah unik juga nih...

ternyata dibandung sudah ada sekolah berpikir positif, namanya Bandung School of Positif Thinking . dan sekarang pendiri sekolah ini meluncurkan situs dengan tujuan agar masyarakat saling berfikir positif dan tidak saling menyalahkan.

imaginasi sayalangsung terbang kemana-mana. membayangkan indonesia yang adem ayem, tepo seliro, anteng dan damai, rukun dan sejahtera,tanpa tekanan, tanpa penindasan....
.....
semoga tercapai tujuan mulianya..
Amien..










eh..
tapi..
tunngu dulu..
...

kalo keadaan rakyatnya masih seperti sekarang ,banyak pihak yang dirugikan dan patut dikasihani donk...

kasian kan Pemerintah kalo korupsi dan lalai melayani ,rakyatnya ngga perduli...
kasian kalipun wakil rakyat kalo ngga amanah, ngga ada yang ngingatin lagi...
kasian pula pejabat yang korupsi, kena kasus, langsung sakit, tapi dah ngga ada yang nanya dan jenguk lagi..
kasian mahasiswa juga, kalo nyontek dan titip absen, dosennya dah nggak mau ambil pusing sama sekali..

trus jalan tobat buat beliau-beliau datangnya dari mana ???

jadi pikiran positif itu harus..
namun pesan bang napi jangan juga dilupakan
waspadalah....waspadalah...




pendusta agama

ada satu surah di Al Quran yang selalu jadi favorit saya, selalu ada keharuan dan rasa takut yang datang bersamaan ketika membaca/mendengar surah ini ..

"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin?"
(Q.S Alma'un: 1-3)

tadi pagi selepas subuh saya mendengar surah ini , ingatan saya terusik momen yang indah waktu PPAB, saat saya berdiskusi singkat dengan saudara-saudara saya, tiga orang tepatnya, yang ( entah beruntung atau sengsara ) sudah bisa mencukupi dirinya sendiri sebagai pengamen di simpang ... - maaf saya lupa namanya.

saya katakan entah beruntung atau sengsara, jujur, selama ini paradigma berfikir khalayak ramai pun saya sendiri perihal kesejahteraan menyempit jadi kemakmuran . orang merendahkan kaum miskin materi. selalu menganggap mereka kaum terbuang, harus ditutup-tutupin atau malah disingkirkan( seperti yang sering dilakukan oleh aparat keamanan yang mengadakan sweeping jalan yang dilalui para pejabat ).

padahal saya yakin dari segi pengalaman hidup,rohani, dan keteguhan hati ,mereka malah jauh lebih hebat dari saya. dan menjadi selalu jadi momen yang membahagakan saat bisa belajar dan berada dekat dengan saudara - saudara saya yang mengerti arti hidup dan tahu bagaimana untuk memperjuangkannya...


kembali ke jalan ( cerita) yang benar, setelah berdiskusi dengan pengamen disimpang tanda tanya itu ( kelompok lain dengan pengemis, dengan tukang delman, dengan pak ogah, dll), kami ,satu angkatan, kelompok satu sampai sepuluh ,bersama merumuskan solusi untuk mereka, mulai dari yang paling nyeleneh sampai paling ideal.

namun, samapi saat ini saya belum tahu setelah solusi terumuskan, tindak lanjut dari kami, apa?. solusi2 yang bagus itu dibawa kemana?.sepertinya solusi-solusi itu hanya digunakan sebagai syarat untuk masuk MTI. nampaknya sang otak telah berbohong kepada nurani. karena kenyataannya, bekas-bekas empati itu sangat sedikit yang merasuk di diri saya sendiri ( atau juga teman2 saya ya?)

aneh, malah pernah dulu saya dengan seorang teman, yang karena berhasil merumuskan solusi ideal, jadi bingung untuk membagi sedikit hak orang-orang miskin dan anak yatim. kami takut bila membagi recehan ,pengemis-pengemis itu malah manja,kesenangan dan tidak mau berusaha mengubah hidup (walau ada benarnya disatu sisi).

dan dalam diskusi dengan teman ini, pernah terbersit pikiran bahwa kewajiban kita adalah merumuskan solusi,itu saja. kan solusinya bisa diaplikasikan waktu sudah lulus,waktu sudah kerja,waktu sudah kaya.

kalau ...lulus?
kalau ...kerja?
kalau ...kaya?
kalau ...tidak lupa?
kalau ...kalaunya dipenuhi semua?

kalau tidak.

pendustalah saya..

Friday, June 24, 2005

ironisnya saya, sayanya ironis....

"kamu terpelajar, harus adil, adil sudah sejak dialam pikiran,apalagi dalam perbuatan "

mengakhiri tahun ajaran lama, menjelang tahun ajaran baru ( bisa juga dikatakan saya sedang liburan), teringat sebuah pernyataan Jean Marais kepada karibnya Minke, seorang pribumi terpelajar. lalu saya coba mengganti sosok minke dengan sosok saya sendiri.jika ada karib saya yang berkata dan bertanya seperti Jean Marais, kira-kira saya menjawab apa ya(?)..

Jadi sudah adilkah kamu arif?
(kalau dari arti nama , seharusnya sudah, tapi kenyataannya belom sama sekali)

saya sebagai terpelajar, sebagai mahasiswa masih memiliki distorsi antara " think globality" dengan " act locality", dan distorsi sudah sebegitu parahnya .

sebagai contoh ketika saya sibuk menghujat (walau dalam hati) kasus longsor TPA Leuwi Gajah yang merembet jadi kasus sampah menumpuk di Bandung . ternyata pada kenyataannya saya belum bisa untuk mengkoreksi diri pribadi dahulu . hal ini tercitra lewat tindakan saya yang masih lalai terhadap kebersihan di lingkungan sendiri seperti membuang sampah pada tempatnya, mengembalikan inventaris dan alat makan setelah menggunakannya ( terutama di MTI), malas bersih-bersih di kos dan MTI ketika dirasa sudah tidak nyaman lagi.

contoh lain adalah mengenai korupsinya saya. saya sebagai mahasiswa selama ini selalu berpendapat dan berkoar bahwa korupsi harus diberantas dari bumi pertiwi, dan itu harga mati! . tapi lihat kenyataanya di kampus rakyat ini ( rakyat yang mana ya?), saya belajar untuk menjadi koruptor amatir. lewat aksi titip absen di 9104, aksi mencontek di TVSTC, dan aksi copy paste laporan di KMTI eh maap MTI. untungnya saya belom menjadi aktivis yang dalam aksinya di depan gedung sate berorasi " Gantung Koruptor", tetapi jari,jari penggenggam toa itu tak lama kemudian beralih fungsi menjadi pengetik sms, begini bunyinya " coy, gw lagi di Sate nih, kalkulus gw dah abis jatah bolosnya,idup mati gw ada diujung puplen lo, tolong ya bro! btw jangan lupa doanya, biar demo gw sukses.."

dan kasus berikutnya sudah jamak ditemukan di himpunan saya sendiri. tentang kaderisasi (PPAB). di PPAB ini, saya sebagai panitia selalu menekankan tentang kerjasama, kesigapan,disiplin,kebersamaan,dan segala macam nilai ideal. tapi kenyataan pada diri ini?
masih suka telat briefing,rapat dan bahkan saat acara lapangan PPAB.parahnya keterlambatan ini hanya karena kelalaian dan kemalasan, bukan karena alasan rasional, apalagi kebenarah ilmiah(naon?).
dan seperti kata orang indonesia, untungnya...! .nah, untungnya saya belom masuk fase swasta yang dalam mengevaluasi masih banyak kecacatannya karena cenderung hanya membentuk opini bahwa panitia salah , tanpa terlebih dahulu mengevaluasi diri sendiri dan mengevaluasi keberhasilan panitia. bahkan kadang effortnya dievaluasi lebih gedhe(pake h) daripada effortnya di saat membimbing dan membantu panitia. semoga nantinya saya tidak termasuk golongan seerti itu.

masih pantaskah saya sebagai terpelajar, sebagai mahasiswa dikatakan memiliki idealisme yang sahih, memiliki nilai- nilai keadilan dalam pikiran, sikap dan perbuatan. kalau nyatanya tindakan saya masih seperti itu?

sepertinya kata "pantas" hanya bisa di berikan untuk segelintir orang di kampus ini.






1st

tulisan


narsisme?
komunikasi?
eksistensi?
rekaman peristiwa?
romantisme masa lalu?
guratan ide?
?!

bisa salah satunya,
bisa salah duanya,
bisa salah tiganya
atau malah salah semuanya!


tidak perduli..


hanya ingin
menggali
memaknai
dan belajar untuk mengerti
kehidupanku yang singkat ini..


maka izinkanlah kiranya