Tertutupnya gerbang kampusku
Gerbang belakang ITB bercat kuning itu banyak sekali jasanya. Ianya biasa menjadi pintu motor menuju parkir SBM. Biasa juga menjadi sarana keluar masuk mahasiswa TI, Matematik ,Astronomi, Labtek Biru’ers dan SBM. Biasa juga jadi jalan tercepat saya menuju tempat makan favorit di belakang ITB. Tapi itu dahulu. Tepatnya 2 bulan yang lalu. Kini ....kondisinya sudah berbeda teman. Pintu gerbang yang terbuat dari besi dan bercat kuning itu telah terkunci. Kalau dulu bapak satpam mengawat durikan dinding pembatas yang mengarah ke Mesjid Batan dengan alasan keamanan , akal dan hati saya masih ikhlas menerima. Tapi kalau ini , ini apa?!!!
Karena hierarki antara saya yang mahasiswa dan pihak pembuat kebijakan sudah sedemikian jauhnya. Baik nya saya, mahasiswa , coba mereka-reka saja. Alasan kebersihan dan kenyamanan bisa dikemukanakan. Hal ini terkait dengan kabar burung tentang alasan utama penutupan gerbang ini, yaitu pembersihan PKL ( maap kalau salah, berarti error ada pada siburung dan saya).
Sepakat kalau semua kita ingin bersih. Ingin tertib. Ingin teratur. Ingin nyaman. Asri. Genah Merenah Tumakninah kata orang bandung . Tapi mari lihat juga kepentingan lain yang terkait didalamnya. Kan nilai bersih aman nyaman tidak hanya dirasakan bapak-bapak diatas saja. Mahasiswa, pegawai, pedagang dan bahkan pengunjung yang gak tau apa-apa turut juga lho merasainya. Ayolah lebih memikirkan dampak turunan kebijakan itu. Ajak otak dan hati biar lebih manusiawi. Kalau ngga mau diajak, ya....dipaksa juga gak papa.
Penting mana keteraturan , dibanding kebutuhan mahasiswa seperti saya akan makanan murah, ngenyangin , plus cepat saji ? Signifikan mana kenyamanan karena wilayah belakang bersih , dibanding kenyamanan seorang gadis cantik molek dengan tonjolan dan aurat dimana-mana yang harus bersusah payah memanjat pagar plus melindungi sebagian besar tubuhnya dari sasaran nakal mata manusia? Butuh mana kata aman diatas kertas, dibanding rasa khawatir banyak mahasiswa akibat motornya yang diparkir diluar wilayah ITB? Kasihan juga melihat seorang mahluk berjenis kelamin wanita dengan usia setengah baya dinaungi payung dibawah siraman hujan, harus berputar sejauh berpuluh meter menuju gerbang lain yang terbuka.
Kalau alasan diatas salah adanya , lalu yang benar apa ya?...
Pernah terlintas dibenak saya mungkin yang benar adalah kunci gembok gerbangnya hilang ( usulan kongkrit dari Anto: rantainya di putusin aja...hehehhe). Atau bapak penjaga parkir SBMnya sedang pulang kampung. Atau malah bisa jadi ini program ITB untuk meningkatkan porsi fisik mahasiswa , terkait dengan pelarangan kegiatan fisik dalam kaderisasi...
Kalau yang ini juga nggak bisa diterima , yang rasional jadi apa?!!
Yang benar datangnya dari Allah SWT dan yang salah datangnya dari saya...
Karena hierarki antara saya yang mahasiswa dan pihak pembuat kebijakan sudah sedemikian jauhnya. Baik nya saya, mahasiswa , coba mereka-reka saja. Alasan kebersihan dan kenyamanan bisa dikemukanakan. Hal ini terkait dengan kabar burung tentang alasan utama penutupan gerbang ini, yaitu pembersihan PKL ( maap kalau salah, berarti error ada pada siburung dan saya).
Sepakat kalau semua kita ingin bersih. Ingin tertib. Ingin teratur. Ingin nyaman. Asri. Genah Merenah Tumakninah kata orang bandung . Tapi mari lihat juga kepentingan lain yang terkait didalamnya. Kan nilai bersih aman nyaman tidak hanya dirasakan bapak-bapak diatas saja. Mahasiswa, pegawai, pedagang dan bahkan pengunjung yang gak tau apa-apa turut juga lho merasainya. Ayolah lebih memikirkan dampak turunan kebijakan itu. Ajak otak dan hati biar lebih manusiawi. Kalau ngga mau diajak, ya....dipaksa juga gak papa.
Penting mana keteraturan , dibanding kebutuhan mahasiswa seperti saya akan makanan murah, ngenyangin , plus cepat saji ? Signifikan mana kenyamanan karena wilayah belakang bersih , dibanding kenyamanan seorang gadis cantik molek dengan tonjolan dan aurat dimana-mana yang harus bersusah payah memanjat pagar plus melindungi sebagian besar tubuhnya dari sasaran nakal mata manusia? Butuh mana kata aman diatas kertas, dibanding rasa khawatir banyak mahasiswa akibat motornya yang diparkir diluar wilayah ITB? Kasihan juga melihat seorang mahluk berjenis kelamin wanita dengan usia setengah baya dinaungi payung dibawah siraman hujan, harus berputar sejauh berpuluh meter menuju gerbang lain yang terbuka.
Kalau alasan diatas salah adanya , lalu yang benar apa ya?...
Pernah terlintas dibenak saya mungkin yang benar adalah kunci gembok gerbangnya hilang ( usulan kongkrit dari Anto: rantainya di putusin aja...hehehhe). Atau bapak penjaga parkir SBMnya sedang pulang kampung. Atau malah bisa jadi ini program ITB untuk meningkatkan porsi fisik mahasiswa , terkait dengan pelarangan kegiatan fisik dalam kaderisasi...
Kalau yang ini juga nggak bisa diterima , yang rasional jadi apa?!!
Yang benar datangnya dari Allah SWT dan yang salah datangnya dari saya...
5 Comments:
iya..iya..
lagi mikir apa ya pas keputusan gerbang SBM itu ditutup, konon mau dibuat permanen loh..
sayang banget..
trus apa gunanya parkiran motor di situ kalo gak dipake..
mikir apa ya..
alternatif kemungkinan tambahan...:
biasanya sesuatu yang didapatkan dengan perjuangan, hasilnya akan terasa nikmat...jadinya saya berkesimpulan(cetek banget) kalo bapak-bapak di atas sana ingin supaya mahasiswa kaya kita yang cuma bisa bayar makanan murah bisa merasakan kenikmatan yang sebanding dengan makanan mahal...karena konsep berjuang untuk mendapatkan itu tadi :p
bisa jadi..
tapi( mungkin lagi) itu alasan turunan yang ke 14 nya dit..
hehehhe
wallahu alam bis showaab
sampai sekarang misteri tutupnya gerbang SBM masih tetap misteri (hehe,naon si..)
Tapi sekarang gw lebih tertarik untuk merhatiin apa yang ada di luar gerbang ITB..
Mobil - mobil berderet dari gerbang belakang sampai belokan Batam.. Bahkan parkiran ITB dan Sabuga penuh..
Semoga bukan digunakan untuk mengangkut satu atau dua orang saja... Sayang banget BBMnya..
penting ya rif bahas pintu hehehe.... great job rif..
Post a Comment
<< Home