semoga arif dan rahman

mencintai dan mengabdi

Name:
Location: bandung, Jawa Barat, Indonesia

biasa aja

Sunday, November 13, 2005

Mari Merenung

Bermula dari kehidupan SMU saya yang tidak biasa, manakala saat itu saya sudah merasakan hidup sebagai anak kos. Sebenarnya hampir tidak ada yang istimewa dari kehidupan kos saat SMU dulu, senin sambai sabtu siang dilalui dengan kegiatan yang standar layaknya anak SMU lainnya. Bedanya adalah saat malam minggu sampai minggu pagi. Kalau anak seusia saya biasanya saat itu pacaran atau nongkrong dikafe ( terkadang saya melakukan hal ini juga) , saya sedikit beda. Kadang di malam minggu itu saya ngumpul bareng ”guru-guru” saya untuk sekedar maen Play Station ( WE tentu saja) , ngobrol-ngobrol sambil nongkrong di warung kopi, bercanda ketawa-ketawi sambil main gitar...(nyanyiannya gak jauh dari Iwan Fals, Slank, dan Nirvana) atau yang paling ekstrim main bola di tengah jalan Teuku Cik Ditiro ( depan SMU 1 Medan ) saat waktu menunjukkan pagi pukul dua.

Guru-guru saya ini jangan dikira guru sekolahan atau orang pintar menurut persepsi masyarakat umumnya. Tidak, mereka jauh sekali dari hal itu, tapi tetap saya sebut guru karena hakikatnya guru, kepada saya mereka banyak memberi pengetahuan dan nasihat berharga ( sayangnya kadang tidak diamalkan sendiri oleh mereka). Guru – guru saya ini adalah preman salah satu OKP atau anak kuliahan yang rumahnya dekat dengan kos saya (umur kami terpaut cukup jauh) . Dari guru-guru ini saya mendapat banyak sekali pelajaran mulai dari praktek judi yang selalu menguntungkan bandarnya (apapun bentuknya baik judi toto gelap, judi bola , dll). Bahaya pemakaian narkoba . Eratnya hubungan antara tokoh preman dan aparat negara. Sampai hal yang cukup aneh bagi saya saat itu, yaitu kebutuhan untuk merenung. Hal ini disampaikan guru saya , kebetulan beliau adalah mahasiswa Fisip USU yang belum juga lulus-lulus diusianya yang ke dua puluh enam (kalau di ITB dia mungkin macannya macan kampus, hahaha) .

Saat itu jam tangan menunjukkan pukul 1 pagi, saya dan guru sedang ngobrol berdua saja tentang usaha rental PS dan Internetnya. Tentang lika-liku dan permasalahan yang sedang dia hadapi. Pembicaraan pun mulai ngalor ngidul ke wilayah tujuan hidup, mau apa nanti kalau sudah kuliah, sampai kepada rutinitas sehari-hari kami. Saat membicarakan tentang rutinitas sehari-hari ini saya sedikit cemburu, karena banyak sekali kesempatan yang diperolehnya ( lebih tepatnya diciptakan, sampai dia lulus-lulus kuliah J ) untuk menjelajahi Indonesia. Mulai dari kepedalaman Nias yang angker sampai kegunung-gunung indah dikepulauan Nusa Tenggara. Bagaimana ia berinteraksi dan mengenal budaya masyarakat di Sumatera, Jawa, sampai Kalimantan. Sementara rutinitas sehari-hari saya, ya seperti biasa nongkrong, ngerjain tugas sekolah, ngobrol, ketawa-ketawa, tidak ada yang spesial dan menarik untuk dibicarakan dengannya.

Saya jadi menyadari betapa tidak menariknya hidup yang saya lalui. Terlalu kering, terlalu sederhana, terlalu biasa-biasa. Tentang hal ini saya pun berkeluh kesah kepadanya. Dan tanpa saya duga jawabanya saat itu balah seperti ini. ” Sebenarnya hidupmu itu rif luar biasa. Semua hidup orang luar biasa. Masalah ’kering atau basah’nya itu tergantung pemaknaannya. Coba kau luangkan waktu 5 menit setiap hari sebelum tidur dan sesudah bangun untuk memikirkan, untuk merenung, tentang hidupmu, tentang apa yang sudah kau dapatkan, apa yang ingin kau raih, apa yang sudah kau ketahui dan belum, manfaat dirimu bagi orang lain, tentang semua, tentang apa saja....” . Katanya lagi , bila hal ini sudah berhasil saya lakukan dengan rutin atau malah menjadi kebutuhan, niscaya kehidupan saya akan lebih menarik dan bermakna .

Sekarang tiga tahun telah berlalu , saya telah menjadi mahasiswa. Harapannya tentu rutinitas hidup saya jauh lebih berwarna dari saat dahulu di SMA. Namun kekosongan hidup dari pemaknaan akibat rutinitas sehari-hari yang membosankan dan menjemukan sering terulang. Untuk mengatasinya akhir-akhir ini saya berusaha untuk mengisi waktu luang yang semakin menyempit dengan membaca tulisan, essay-esay, sampai puisi yang kesemuanya merupakan pemaknaan hidup dan kehidupan dari orang-orang yang luar biasa seperti Prie GS, Umar Kayam , Rendra, Taufik Ismail, Soe Hok Gie, dll. Saya juga sangat gemar membaca Blog beberapa sahabat yang walaupun masih pemuda dan pemula tapi hasil tulisannya, Subhanallah, luar biasa.

Selalu ada dua perasaan yang berkecamuk , takjub dan iri, saat menyadari bahwa apa yang mereka ungkapkan dalam tulisan adalah sesuatu yang umum ( selalu saya juga pernah mengalaminya), namun pemaknaan dan hikmah yang bisa mereka ambil dari peristiwa itu jauh dari kesan biasa. Tidak usah disebutkan satu persatu tapi yang jelas setiap tulisan mereka adalah hasil karya anak manusia yang memikirkan dan memaknai kehidupan yang mereka punya ( dan biasanya juga kita ). Kampus, jalanan, kos , rumah, televisi, toilet, rumah sakit, pemakaman, sampai biskota adalah pelajaran. Semua aspek dan wilayah kehidupan bagi mereka adalah makna.

Sekarang ini menjadi cita-cita diri untuk membudayakan rutinitas ” merenung” yang diajarkan guru itu saat SMU dulu (saat kuliah sudah terlupakan). Tentu saya tidak ingin menjadi hamba yang durhaka kepada Allah SWT akibat menyia-nyiakan hidup dan potensi berpikir yang diberikan oleh-Nya. Dan tentu menjadi kebanggan yang tak terkira bila saya bisa mengamalkan wasiat Imam Ali Bin Abi Thalib ” Renungkanlah berita yang kau dengar secara baik-baik. Penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangatlah sedikit”.

Ya...betapa terberkahinya hidup yang penuh perenungan dan pemaknaan. Walau terkadang dengan kondisi diri dan masyarakat sekarang, aktivitas merenung ini tidak hanya membuat diri menjadi lebih introspektif dan bersyukur. Namun juga berefek samping menjadikan diri lebih murung . Apapun akibatnya, merenung dan memaknai akan terus menjadi usaha saya. Besar benar kepercayaan saya, perenungan dan pemaknaan dapat mengendapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman menjadi iman, kearifan dan kasih sayang. Tidak bisa tidak itulah (Insyaallah) saat saya sedang menuju kedewasaan.

Sesungguhnya terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang memikirkan…

Kamar kos tercinta
9 November 2005 pukul 22.17 wib

1 Comments:

Blogger Trian Hendro A. said...

tanda berkunjung aja, boleh juga kontempalasinya. jadi iri..karena nowdays, i won't publish my contemplation, it's ....ehm...ehm.. (@#*&^!@()

salam,

6:34 AM  

Post a Comment

<< Home